Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diyakini Bakal Tertinggi di Asia Tenggara
Indonesia memiliki keunggulan pasar domestik yang kuat dan kekayaan sumber daya alam yang memikat investor. Kedua hal ini jadi keunggulan Indonesia dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan negara-negara di kawasan Asia Tenggara lainnya. Keyakinan ini didasarkan konsumsi dalam negeri yang kuat dan lonjakan investasi dari kebijakan hilirisasi sumber daya alam.
Presiden Direktur PT DBS Bank Indonesia Lim Chu Cong memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menjadi yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara tahun ini. Pertumbuhan ini didorong oleh jumlah penduduk Indonesia yang terbesar di Asia Tenggara dan menjadi penopang konsumsi dalam negeri yang besar. Selain itu, pihaknya juga memperkirakan Indonesia akan mencatat kenaikan investasi yang dipicu kebijakan pemerintah yang ingin mendorong hilirisasi sumber daya alam, antara lain, dari berbagai komoditas mineral, seperti nikel.
Kedua kondisi ini, lanjut Chu Cong, tidak semuanya dimiliki oleh negara Asia Tenggara lainnya. Ia menambahkan, peran Indonesia sebagai Ketua ASEAN tahun ini juga sangat strategis mengingat Indonesia baru saja menyelesaikan kepemimpinan G20 tahun lalu. “Semua faktor ini akan membuat Indonesia menjadi bintang bersinar di kawasan Asia Tenggara,” ujar Chu Cong pada acara DBS Asian Insight Forum 2023 & Customer Appreciaton Night bertajuk ”DBS Supports Indonesia on ASEAN Chairmanship Indonesia’s Pivotal Role to ASEAN Economy”, Jakarta, Rabu (15/3/2023).
Hal senada juga dikemukakan oleh ekonom dan pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Muhamad Chatib Basri. Ia memperkirakan pertumbuhan Indonesia akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara tahun ini. Dirinya sepakat bahwa konsumsi dalam negeri yang masih solid akan jadi pendorong pertumbuhan.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi dapat bertumbuh lebih besar karena paparan dampak ketidakpastian global ke Indonesia lebih rendah ketimbang negara-negara Asia Tenggara lainnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak didominasi oleh ekspor, tetapi dari konsumsi dalam negeri. Artinya, pelambatan ekonomi global dan ketidakpastian dunia tidak akan jadi faktor dominan yang memengaruhi pertumbuhan. ”Kalau kita lihat Singapura dan Vietnam, misalnya, kekuatan ekonominya banyak ditopang sektor eksternal. Ketika perekonomian global melambat, maka kinerja pertumbuhan ekonominya juga terganggu. Hal ini tidak terjadi di Indonesia,” kata Chatib.
Dengan konsumsi dalam negeri yang besar, indikator perekonomian yang positif, lanjut Chatib, Indonesia akan memikat perhatian banyak investor dunia. Dengan rencana meningkatkan hilirisasi sumber daya alam, pemerintah membutuhkan banyak investasi pembangunan smelter pengolahan agar bisa memberikan nilai tambah. Masuknya investasi ini akan membuka lapangan kerja, alih teknologi, dan berujung pada pertumbuhan ekonomi.
Chief Economist and Managing Director DBS Bank Taimur Baig menambahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan tetap di atas 5 persen. Ia memperkirakan pertumbuhan tahun ini akan lebih rendah dibanding 2022 karena harga komoditas dunia yang jadi penunjang kinerja ekspor Indonesia sepanjang tahun lalu mulai menurun. Taimur mengatakan, kekuatan ekonomi Indonesia merupakan salah satu yang terbesar di dunia setelah China dan India. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga akan turut berperan mendorong pertumbuhan ekonomi regional Asia Tenggara. Ia menambahkan, dengan posisi sebagai Ketua ASEAN tahun ini, Indonesia bisa berperan aktif untuk menjadi motor pertumbuhan ekonomi kawasan regional. Kesuksesan Indonesia menjadi ketua G20 tahun lalu perlu diikuti kembali saat menjadi ketua ASEAN. Indonesia bisa mendorong terjalinnya kerja sama ekonomi regional dengan negara dunia.
Sementara itu, Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan, pada 2022 saat menjadi ketua G20 tercipta 226 kesepakatan multilateral yang menghasilkan investasi senilai 238 miliar dollar AS di antara negara-negara G20. Kini, lanjut Luhut, Indonesia bisa melanjutkan peran yang sama di kawasan regional.
Sebagai Ketua ASEAN, menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Indonesia mengajak fokus pada tiga strategis, yakni pertama, pemulihan dan pembangunan kembali; kedua, digitalisasi; dan yang ketiga adalah ekonomi berkelanjutan. Indonesia, lanjut Airlangga, mengajak negara Asia Tenggara untuk memanfaatkan momentum ini untuk menjalankan pemulihan ekonomi dan kembali melanjutkan pembangunan yang tertunda. ”Mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif di kawasan,” ujarnya. Strategi kedua adalah mengakselerasi digitalisasi ekonomi. Digitalisasi berbagai aspek kehidupan meningkatkan efisiensi produksi, meningkatkan daya saing, dan memperluas inklusi keuangan.
Sementara itu, strategi yang ketiga adalah mendorong ekonomi berkelanjutan. Perekonomian nasional tak hanya bertumbuh, tahan menghadapi tantangan eksternal, tetapi juga mampu bertumbuh berkelanjutan untuk tahun-tahun mendatang.